Aku mencandu segala hal yang
manis—terutama dirimu. Seperti madu di ujung lidahku, kecupanmu terasa manis,
menghangatkan sekujur tubuhku dengan rona malu. Seperti tiga sendok gula untuk
tehku, entah sejak kapan hariku tak lagi lengkap tanpa kehadiranmu.
Jadi maaf jika aku seperti tak
tahu malu mengakui ini di hadapanmu. Tapi sungguh, aku teramat membutuhkanmu.
Butuh sekian lama waktu untuk menyadari ini, tapi sekarang aku benar-benar
percaya. Hanya kau yang kumau. Hanya kau yang mampu membuatku merindu.
Katakan, apa jawabmu? Harus
seberapa lama lagi bibirku mengering karena menahan diri membisikkan cinta
untukmu?
No comments:
Post a Comment